Fakta Nuklir
1.
Kecelakaan PLTN yang
Pernah Terjadi
Selain
kondisi normal, PLTN juga dapat mengalami kondisi tidak normal (kecelakaan).
Dalam hal ini disebut kondisi darurat nuklir. Tingkat kedaruratan nuklir
berdasarkan IAEA diklasifikasikan sebagai berikut:
·
Level 7, adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi nuklir dan berdampak besar terhadap kesehatan maupun
lingkungan di luar instalasi tersebut. Contohnya, kecelakaan Chernobyl 1986.
·
Level 6, adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi nuklir dengan tingkat lepasan radioaktivitas ke lingkungan
dalam jumlah yang signifikan dan kemungkinan membutuhkan implementasi secara
menyeluruh atas tindakan pencegahan yang telah direncanakan. Contoh, kecelakaan
Mayak, Uni Sovyet 1957, dan Fukushima Daiichi 2011. Sementara pemerintah Jepang
sendiri mengklaim hanya dilevel 4.
·
Level 5, adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi nuklir dengan tingkat lepasan radioaktivitas ke lingkungan
dalam jumlah terbatas, kemungkinan membutuhkan implementasi parsial atas
tindakan pencegahan yang telah direncanakan. Contoh, Kecelakaan Three Mile
Island 1979.
·
Level 4, adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi nuklir dengan dampak ke publik yang tidak signifikan artinya
lepasan radioaktifnya berada pada dosis yang diperbolehkan, atau kerusakan
teras reaktor yang signifikan, atau dosis paparan radiasi yang fatal terhadap
pekerja instalasi tersebut.
·
Level 3, adalah kecelakaan
yang berhubungan dengan instalasi nuklir dengan dampak yang sangat kecil dan
dosis paparan radiasi terhadap publik berada pada level dibawah batas yang
diperbolehkan, atau penyebaran kontaminasi radioaktif di lokasi instalasi,
dan/atau efek kesehatan akut terhadap pekerja. Contoh,
Pembangkit THORP, Sellafield, Inggris, 2005.
·
Level 2, adalah sebuah
insiden yang berhubungan dengan instalasi nuklir tanpa dampak apapun terhadap
lingkungan, tetapi kontaminasi radioaktif yang signifikan mungkin terjadi di
lokasi instalasi tersebut, atau pekerja terpapar radiasi dengan dosis tinggi
atau kejadian yang berhubungan dengan gagalnya sistem keselamatan. Contoh,
PLTN Forskmark, Swedia, Juli 2006.
·
Level 1, adalah suatu keadaan anomali dari
aturan resmi operasi instalasi nuklir.
·
Level 0, adalah “kejadian di bawah skala” (below-scale
event) yang mempengaruhi keselamatan tetapi tidak terlalu
signifikan. Selain itu terdapat juga kejadian yang terlepas dari keselamatan
disebut kejadian “di luar skala” (out of scale).
Dari 430
PLTN, sampai hari ini sudah tiga yang meledak. Terakhir terjadi di Fukushima
dan masih berlangsung. Belum lagi kalau menghitung kebocoran-kebocoran,”
Sejarah
membuktikan bahwa di dunia pernah terjadi dua kecelakaan parah pada PLTN.
Kecelakaan parah pernah terjadi pada PLTN Three Mile Island unit 2 di Amerika
pada tahun 1979 dan PLTN Chenobhyl unit 4 di Rusia pada tahun 1986. Three Mile
Island unit 2 adalah PLTN tipe PWR dan Chernobhyl unit 4 adalah PLTN tipe mirip
BWR. Kedua PLTN ini mengalami kecelakaan parah, yaitu teras reaktor mengalami
pelelehan. Tetapi pada kenyataannya, kecelakaan PLTN Chenobhyl-4 menimbulkan 56
korban jiwa serta pembebasan radioaktivitas ke lingkungan yang luas, sedangkan
pada kecelakaan PLTN Three Mile Island-2 tidak menimbulkan korban jiwa dan
tidak terjadi pembebasan zat radioaktif berbahaya ke lingkungan di sekitar
tapak PLTN.
Kecelakaan PLTN Chernobyl
beberapa tahun lalu membuktikan bahwa debu radioaktip dari suatu kecelakaan
PLTN bisa menyebar hingga beribu-ribu kilometer jauhnya dari tempat kecelakaan.
Beribu-ribu orang
meninggal dunia akibat kecelakaan itu, dan berjuta-juta orang lainnya menderita
karena lingkungan hidup mereka dicemari debu radioaktip.
2. Kesadaran Bahaya Nuklir
Rencana
pemerintah untuk membangun PLTN dapat dikatakan sebagai langkah mundur dalam
pemilihan energi alternatif. Sebab, ketika di beberapa negara yang selama ini
menggunakan tenaga nuklir berkeinginan menutup reaktor nuklirnya, justru
pemerintah Indonesia baru berencana membangunnya. (wacana lama)
Amerika
Serikat yag memiliki 110 buah reaktor nuklir atau 25,4% dari total seluruh
reaktor yang ada di dunia, akan menutup 103 reaktor nuklirnya. Demikian halnya
dengan Jerman, negara industri besar ini, juga berencana menutup 19 reaktor
nuklirnya. Penutupan pertama dilakukan pada tahun 2002 kemarin, sedang PLTN
terakhir akan ditutup pada tahun 2021. Keadaan lain juga terjadi di Swedia,
yang menutup seluruh PLTN-nya yang berjumlah 12, mulai tahun 1995. Sampai
negara tersebut bebas dari PLTN pada tahun 2010 mendatang.
Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu
dipertimbangkan. Pertama, kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan
kebocoran, yang jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi
lingkungan dan makhluk hidup. Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh PLTN,
yaitu Plutonium memiliki hulu ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium
inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur
lebur hanya oleh 5 kg Plutonium. Ketiga, limbah yang dihasilkan (Uranium) bisa
berpengaruh pada genetika. Di samping itu, tenaga nuklir memancarkan radiasi
radio aktif yang sangat berbahaya bagi manusia.
WALHI menyerukan agar pemerintah menghentikan
rencana pembangunan PLTN di Indonesia, mengingat potensi dampak negatif yang
begitu besar dan mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan hal yang sama
3.
Kenyataan Respon PLTN di Jepang
Ada 50 reaktor nuklir di Jepang dan semakin sedikit yang aktif. Sementara
pasokan listrik dari 30 persen akan dinaikkan menjadi sekitar 40 persen dari
PLTN. Meskipun demikian kelompok anti-nuklir masyarakat Jepang semakin kuat dari hari ke hari.
Terakhir unjuk rasa terbesar tanggal 14 September 2013, sehari
sebelum reactor No. 4 PLTN Oi yang ada di Fukui perfektur direncanakan ditutup
untuk inspeksi. Sebanyak 9.000 pengunjuk rasa berkumpul di Taman Kameido Chuo
yang kemudian bergerak ke JR Kinshicho Station serta juga ke menara tertinggi
di Jepang terbaru, Tokyo Skytree. Mereka minta nuklir dihapuskan dari
bumi Sakura ini.
Sejak saat itulah masyakarat Jepang semakin tidak percaya dengan para Operator PLTN di Jepang. Bahkan
sampai saat ini pun.
Bisa dibayangkan, saat itu hanya 50
orang termasuk anggota mafia Jepang – Yakuza – membantu menjinakkan reaktor dan kebocoran
nuklir di Fukushima, sehingga mereka kini dijuluki Pahlawan 50 oleh masyarakat
Jepang. Pekerja yang lain kabur semua menyelamatkan diri setelah ledakan
dan kebocoran nuklir tersebut.
Laporan WHO 2013 memprediksi bahwa ada risiko
70 persen lebih tinggi terkena kanker tiroid untuk anak perempuan terpapar
sebagai bayi di daerah yang paling terkontaminasi , risiko 7 persen lebih
tinggi dari leukemia pada pria terkena sebagai bayi di daerah yang paling
terkontaminasi , risiko 6 persen lebih tinggi dari kanker payudara pada wanita
terkena sebagai bayi di daerah yang paling terkontaminasi , tetapi hanya risiko
4 persen lebih tinggi , secara keseluruhan , mengembangkan kanker solid untuk
wanita .
TEPCO , badan pengawas (NISA dan NSC) dan
kementerian ekononomi industri dan perdagangan Jepang (METI), semua gagal mengembangkan sistem keselamatan
yang paling dasar, seperti kemungkinan kerusakan, jaminan persiapan diri
atas bencana, dan pengembangan rencana evakuasi bagi masyarakat
Tepco pun akhirnya mengakui untuk pertama
kalinya pada 12 Oktober 2012 bahwa mereka telah gagal untuk mengambil
tindakan kuat untuk mencegah bencana karena takut mengundang tuntutan hukum
atau protes terhadap nuklirnya. Meskipun demikian tidak ada yang jelas rencana pembongkaran PLTN
mereka tersebut.
Fakta di lapangan menunjukkan, Jepang yang telah bekerja sangat presisi, sangat tepat, kerja keras,
kerja detail dan tepat waktu, harus pula mengalami ketidakmampuan penanganan
PLTN nya hingga kini. Padahal kejadian telah dua setengah tahun berlalu
Banyak dampak kecelakaan nuklir tersebut dan terakhir adalah
larangan masuk ikan dan makanan laut dari Jepang ke Korea Selatan, sejak sekitar Juni lalu hingga Oktober 2013 ini.
Ketua Federasi Asosiasi Koperasi Perikanan Nasional Jepang, Hiroshi
Kishi, 2 Oktober 2013 sempat menghadap kepada Duta Besar Korea di Tokyo
memohon agar larangan tersebut dicabut segera karena akan berdampak kurang baik
bagi industri perikanan Jepang.
Menjadi pertanyaan kini, dengan kemampuan ilmu
pengetahuan dan cara kerja yang ada di Indonesia saat ini, apakah kita semua
siap untuk tetap melanjutkan proyek PLTN di Indonesia dengan segala risiko yang
sangat besar bagi anak cucu kita?
4.
Dampak Nuklir
pada Rakyat dan Lingkungan
Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa
manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua. Pertama,
radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan
mengenai langsung kulit atau tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung.
Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang
tercemar zat radio aktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya.
Keduanya, baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya. Organ-organ
tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila tercemar radio
aktif uraiannya sebagai berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat merusak
hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah
kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat
membunuhnya. Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh
pada sel. Pertama, sel akan mati. Kedua, terjadi penggandaan sel, pada akhirnya
dapat menimbulkan kanker, dan ketiga, kerusakan dapat timbul pada sel telur
atau testis, yang akan memulai proses bayi-bayi cacat. Selain itu, juga
menimbulkan luka bakar dan peningkatan jumlah penderita kanker (thyroid dan
cardiovascular) sebanyak 30-50% di Ukrania, radang pernapasan, dan terhambatnya
saluran pernapasan, juga masalah psikologi dan stres yang diakibatkan dari
kebocoran radiasi.
Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu dipertimbangkan. Pertama,
kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang jangkauan
radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki hulu
ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku
pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg
Plutonium. Ketiga, limbah yang dihasilkan (Uranium) bisa berpengaruh pada
genetika. Di samping itu, tenaga nuklir memancarkan radiasi radio aktif yang
sangat berbahaya bagi manusia.
Laporan UNSCEAR
sumber : United Nations information service
Vienna, Austria
Karena aperbedaan anatomi dan fisiologi,
paparan radiasi pada anak-anak memiliki dampak yang berbeda dengan orang
dewasa. Komite terkait telah memulai tinjauan umum terhadap hal tersebut
sebelum terjadinya kecelakaan Fukushima Daiichi.
Ada perbedaan dosis yang
diterima oleh anak-anak dan orang dewasa karena radiasi, dengan distribusi
materi radioaktif yang sama di lapangan, contohnya ketika ada peningkatan kadar
radionuklida ditanah, anak-anak dapat menerima dosis radiasi yang lebih tinggi
secara signifikan daripada orang dewasa bila dalam situasi saat terpapar
radiasi medis saat melakukan pengaturan teknis. Jika materi radioaktif terhirup atau tertelan
oleh anak-anak, maka keberadaan radionuklida di satu organ dapat memberikan
dosis radiasi yang lebih tinggi pada organ tubuh lainnya karena letaknya yang
berdekatan. Selain itu baik metabolism dan fisiologi seseorang bergantung pada
usia, yang mempengaruhi konsentrasi radionuklida pada suatu organ berbeda-beda,
demikian halnya jumlah dosis pada tiap organ pun berbeda.
Setelah terpapar radiasi, anak-anak menjadi
lebih sensitif sebesar 30% terhadap tumor jika dibandingkan dengan orang
dewasa, termasuk leukemia, tiroid, kanker kulit dan otak. Anak-anak memiliki
sensitifitas yang sama dengan orang dewasa yaitu sekitar 25% terhadap tumor
ginjal dan kandung kemih, namun 10% kurang sensitif terhadap kanker paru-paru.
Komite menyebutkan, ada beberapa kasus dimana paparan radiasi pada masa
anak-anak menimbulkan resiko kanker yang lebih besar dibandingkan paparan
radiasi pada orang dewasa, yaitu pada otak, katarak dan nodul tiroid. Risiko
karsinogenik pada sistem neuroendokrin dan ginjal adalah sama baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Organ yang resisten terhadap radiasi pada
anak-anak bila dibandingkan dengan orang dewasa yaitu paru-paru, sistem imun,
tulang dan ovarium. (terjemahan oleh Astu Nor)
5. Permasalahan Limbah Radioaktif PLTN
Karena PLTN menghasilkan limbah radioaktif
yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan. Kedua, karena limbah
radioaktif bisa dikelola menjadi plutonium sebagai bahan baku pembuatan senjata
nuklir. Adapun dalam perspektif ekologis, limbah nuklir yang dihasilkan
PLTN, sampai saat ini, belum terpecahkan solusinya. Persoalan ini juga dialami
oleh negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan Jepang, yang belum bisa
memecahkan masalah penyimpanan limbah nuklir arus tinggi.
Mengingat intensitas radiasi radio aktifnya
bisa berumur ribuan bahkan jutaan tahun (tergantung isotopnya). Meskipun
seandainya ditanggung tiada kecelakaan atau kebocoran selama tahap operasi
(25-30 tahun). Adalah sungguh tidak bermoral dan tidak bermartabat, memberikan
beban pada generasi mendatang sebuah warisan limbah nuklir dan mengharapkan
tugas generasi mendatanglah menemukan teknik menimpan limbah nuklir dari produk
generasi sebelumnya.
Sampai tahun 1980, AS telah menghasilkan 36
juta ton limbah dengan radiasi rendah dan 8.300 ton limbah dengan radiasi
tinggi. Jumlah ini sebenarnya menghasilkan dampak radiologis yang setingkat
dengan ratusan juta ton sampah yang dihasilkan oleh PLTU. Hanya karena
konsentrasi radiasi yang tinggi, limbah PLTN membutuhkan suatu penanganan yang
khusus. Selama ini, sisa bahan bakar dengan radiasi tinggi disimpan sementara
di kolam-kolam penampungan sehingga efek radiasi yang ditimbulkannya dapat
diabaikan, tetapi dengan semakin meningkatnya pemakaian PLTN dalam produksi
listrik, kebutuhan akan suatu metode penyimpanan permanen yang tepercaya terasa
semakin mendesak. Meskipun sejauh ini belum ada satu cara yang dapat diterima
secara meluas, beberapa metode yang diusulkan meliputi penyimpanan di tambang
garam, lapisan granit, dibawah lapisan air tanah atau di dasar laut. Satu
syarat mutlak yang telah dipenuhi oleh lokasi-lokasi ini terjaminnya kestabilan
geologis untuk masa-masa yang akan datang.
Selain dampak nuklir diatas adapula kendala
yang dihadapi oleh masyarakat pada saat ini,seeperti limbah pengolahan Nuklir
yang berupa Uranium, Plutonium dan cairan iron pekat beracun, kita ketahui
bahwa hasil limbah yang tak terpakai tersebut di masukkan kedalam tong-tong
besi yang kemudian limbah yang tidak terpakai tersebut dibuang kelaut atau
ditanah. Dalam jangka waktu yang cukup lama tong-tong limbah tersebut akan
berkarat dimakan usia dan akibatnya cairan-cairan tersebut akan bocor atau
tumpah yang apabila dibuang kelaut akan mematikan ekosistem laut seperti
rusaknya terumbu karang, matinya ikan dilaut pencemaran air laut, apabila
ditanam didalam tanah maka cairan yang bocor tersebut akan merusak kesuburan
tanah dan komposisi lapisan tanah serta menghambat bahkan mengurangi daya serap
tanah terhadap air dan mengurangi revitalisasi perbaikan struktur tanah. Yang
kesemuanya itu akan berakibat buruk terhadap kesehatan manusia, hewan dan
mahluk hidup lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan mutasi Genetik pada mahluk
hidup.
Pembangkit listrik tenaga nuklir
hanya memberi manfaat bagi masyarakat selama 40 tahun. Sementara dampak
buruknya mengintai hingga paling sedikit 24.000 tahun. Daripada bertumpu pada
nuklir, Indonesia masih punya banyak pilihan lain untuk mengatasi defisit
listrik. Demikian
rangkuman diskusi ”Manfaat Pembangunan PLTN di Bangka Belitung”, Kamis (17/3)
di Pangkal Pinang.
Lilo menuturkan, usia produktif PLTN
rata-rata hanya 40 tahun. Sementara usia paruh plutonium yang menjadi bahan
bakar PLTN 24.000 tahun. ”Artinya, butuh 24.000 tahun untuk mengurangi separuh
daya ra- dioaktif plutonium. Tidak ada bangunan di Bumi ini mampu bertahan
selama itu. Jadi, akan disimpan di mana limbah ra- dioaktif dari PLTN,”
ujarnya.
6. Respon Wacana PLTN di Indonesia
Namun, dalam perjalanannya merealisasikan penggunaan
energi nuklir khususnya untuk pembangkit listri tidak mudah untuk
direalisasikan, banyak kendala yang harus dihadapi dari sisi sosial terkait
dengan penerimaan masyarakat, dimana masyarakat Indonesia juga belum bisa
menerima sehingga dibutuhkan pemberian pemahaman yang serius, apalagi ditambah
dengan terjadinya tragedi Fukushima, Jepang.
Dalam
beberapa kesempatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Jero Wacik
selalu menekankan bahwa penggunaan nuklir adalah opsi terakhir pemerintah,
pasalnya saat ini pemerintah masih memprioritaskan penggunaan energi terbarukan
lain seperti panas bumi, air, angin, surya, bioenergi, serta gerakan dan
perbedaan suhu lapisan laut. Sedangkan untuk energi baru yang masih menjadi
proritas utama pemerintah yaitu hidrogen, gas metana batubara (coal bed
methane), batubara tercairkan, dan batubara tergaskan (gasified coal).
Untuk
pengembangan nuklir ini dalam pengelolaannya diperlukan pembentukan lembaga
atau badan usaha milik negara (BUMN) khusus yang ditugaskan untuk
mengimplementasikan program PLTN sesuai dengan Undang-undang (UU) Nomor 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
seperti dikutip dari website resmi Sekretariat Negara (Setneg).
Hanya
saja, keputusan untuk membangun PLTN lebih merupakan keputusan politik, pemerintah
pada prinsipnya mendukung pembangunan PLTN.
Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dalam sebuah kesempatan menyatakan untuk
membangun fasilitas nuklir membutuhkan waktu yang lama.
Menurut
Kepala Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN, Setiyanto,
Indonesia memang sudah sepakat bahwa nuklir bukan untuk pembuatan persenjataan
dan sejenisnya.
7. Mahalnya Pembangunan PLTN
Sedangkan pembiayaan pembangunan PLTN penting dikaji,
karena meski PLTN adalah salah satu opsi penyediaan listrik dengan biaya murah,
lantas bagaimana dengan kebutuhan dana untuk investasi pembangunan dan
aktivitas operasionalnya? Coba kita
hitung, apabila 1 buah reaktor nuklir dengan kapasitas 1.000 MW membutuhkan
dana sekitar 1,5 miliar dollar AS sampai 2 miliar dollar AS, maka untuk
pembangunan PLTN Muria saja, misalnya, yang akan dibangun enam plan dengan
total kapasitas sekitar 6.000 MW - dana yang dibutuhkan untuk
pembangunan reaktor ialah 9 miliar dollar AS- 12 miliar dollar AS.
pembangunan reaktor ialah 9 miliar dollar AS- 12 miliar dollar AS.
8. Solusi Krisis Energi
Lilo
mengingatkan, Indonesia tidak perlu meniru Jepang atau negara-negara lain untuk
mengatasi defisit listrik. Jepang membangun PLTN karena mereka tidak punya
sumber energi alternatif. ”Indonesia punya 27 gigawatt potensi panas bumi.
Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat AL Gore sampai menyebut Indonesia
superpower panas bumi,” tuturnya.
Padahal tanpa kita sadari di sekitar kita
tersedia sumber daya yang melimpah dan ramah lingkungan yang dapat kita
manfaatkan untuk membangkitkan energi listrik, salah satunya air yang mengalir
dapat dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Untuk membangun
PLTA tidaklah harus dari air terjun, pada prinsipnya setiap air yang mengalir
walaupun alirannya sangat lambat (seperti: sungai dan selokan) dapat dijadikan
sebagai pembangkit listrik. Hanya saja daya yang dihasilkan tidak selalu
memadai.
Konstruksi
kincir air sederhana terdiri dari dua dinding lingkaran yang mengapit sudu-sudu
dan pada pusat terdapat as (shaft) sebagai sumbu putar. Kincir air dapat dibuat
dari bahan: kayu, bambu, plate besi, dan lain-lain.
Kualitas batubara Kalimantan pun telah ditingkatkan
dengan level kekeringan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan Jepang di sana, sehingga nantinya tidak akan mengeluarkan asap
tebal hitam seperti terjadi selama ini.
Penggunaan sumber energi tersebut masih jauh lebih baik, apalagi kalau melihat risiko terhadap kelanjutan kehidupan manusia di masa mendatang. Katanya Indonesia kaya akan sumber daya alam, mengapa tak dilakukan perencanaan dan pengembangan semua itu dengan lebih baik sejak sekarang. Tidak ada kata terlambat bagi upaya penyelamatan dan pengembangan hidup manusia bagi masa depan yang lebih baik.
Penggunaan sumber energi tersebut masih jauh lebih baik, apalagi kalau melihat risiko terhadap kelanjutan kehidupan manusia di masa mendatang. Katanya Indonesia kaya akan sumber daya alam, mengapa tak dilakukan perencanaan dan pengembangan semua itu dengan lebih baik sejak sekarang. Tidak ada kata terlambat bagi upaya penyelamatan dan pengembangan hidup manusia bagi masa depan yang lebih baik.
Categories:
0 komentar:
Posting Komentar