Senin, 15 Desember 2014

Absisi Daun

Posted by Unknown On 21.37


LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR FUNGSI PERKEMBANGAN TUMBUHAN
ABSISI DAUN









Oleh Kelompok 7 :
1.    Mufidah Nurul Hidayah            (12030654058)
2.    Sabiili Yuliastuti                          (12030654205)
3.    Silvia Haryanti                            (12030654229)
4.    Glorya Rysty Ningtyas               (12030654231)
5.    Dina Liswati                                (12030654232)
6.    Ismi Faridlatul Qary                  (12030654238)


Pendidikan Sains 2012 B



PRODI PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

ABSISI DAUN
ABSTRAK


Kami telah melakukan praktikum pengamatan tentang absisi daun pada hari Selasa, 20 Mei 2014 di Laboratorium Pendidikan Sains FMIPA UNESA. Tujuan dari praktikum pengamatan kami adalahmengetahui pengaruh AIA (hormon auksin) terhadap proses absisi pada daun.Metode yang kami gunakan adalah menyiapkan 2 buah pot colesus sp. Pot pertama dipotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah, Pot kedua dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas lamina yang paling bawah. Setelah itu mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut. Berdasarkan data pengamatan tumbuhan pada pot A yang diolesi AIA dalam lanolin, daunnya gugur pada hari ke 8 dan 10. Sedangkan, tumbuhan pada pot A yang diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada hari ke 4, 6, 8 dan 10. Tumbuhan pada pot B yang  diolesi AIA dalam lanolin, daunnya gugur pada hari ke 9 dan 10. Sedangkan, yang diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada hari ke 8 dan 10. Dari percobaan dapat disimpulakan penambahan IAA berpengaruh terhadap proses absisi daun/pengguguran daun adalah menghambat proses pembentukan daerah absisi daun, sehingga proses pengguran daun lebih lama.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran). Misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses absisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam amupun ari luar. Faktor dari dalam adalah pengeruh hormon, yaitu kerjasama antara hormon auksin dan hormon etilen. Hormon etilen ini memiliki kecenderungan untuk mempercepat terjadinya pematangn sel sehingga mempercepat terjadinya absisi daun. Sedangkan hormon auksin memilik kecenderungan menghambat etilen dan juga dapat memicu paningkatan etilen. Pembentukan daerah absisi itu di pengaruhi oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Auksin di dalam suatu tanaman berpengaruh pada terbentunya daerah absisi tidak Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan dilakukannya tindakan–tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga, dan buah. 
Oleh karena itu dilakukan percobaan pengamatan absisi daun berkaitan dengan pengaruh sistem kerja auksin dalam tanaman dalam mengontrol absisi suatu tanaman.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu : Bagaimana pengaruh AIA (hormone auksin) terhadap proses absisi pada daun?

C.    TUJUAN PERCOBAAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diambil suatu tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh AIA (hormon auksin) terhadap proses absisi pada daun.


BAB II
DASAR TEORI

Pengertian Absisi
Absisi adalah suatu proses yang terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ tanaman, seperti daun, bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini factor alami seperti panas, dingin, kekeringan akan berpengaruh terhadap absisi. Proses  penurunan  kondisi  yang menyertai pertambahan umur yang mengarah kepada kematian organ atau organisme disebut penuaan (senensensi). Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari factor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin.

Peranan Hormon dalam Absisi Daun
Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot Etall (1955) mengemukakan bahwa absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal sama atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat didaerah distal. Tetapi apabila junlah auksin berada di daerah distal lebih besar daridaerah proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terlambat. Teori lain (Biggs dan Leopld 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi. Teori terakhir ditentukan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi ke dalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah auksin terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi apikal, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Auksin bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang tumbuh tetapi juga pada daerah lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap reproduksi, misalnya serbuk sari, buah, dan biji.  Salah satu gejala yang terkenal yang diperantarai, setidak-tidaknya sebagian oleh auksin ialah dormansi ujung.  Akar lateral seperti halnya kuncup lateral juga dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat mendorong pembentukan akar lateral.  Penggunaan praktis yang sangat penting gejala ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada perbanyakan tanaman dengan setek.  Salah satu hasil utama penyerbukan bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal buah.  Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal untuk mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa biji (Loveless, 1991).
Pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan tumbuhan (Heddy, 1989), yaitu:
a.       Pemanjangan sel
IAA atau auksin lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil dan batang.  Distribusi IAA yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan organ.  Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA.  Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar.
b.      Tunas ketiak
IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral).  Jika meristem apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang.
c.       Absisi daun
Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik.  Proses absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi.
d.      Aktivitas cambium
Auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium.
e.       Tumbuh akar
Dalam akar, pengaruh IAA biasanya mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah.
Di dalam jaringan yang tumbuh aktif terdapat dua macam auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin terikat yang tak dapat berdifusi.  Dengan pelarut seperti eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut.  Auksin yang terikat merupakan pusat dari kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam keseimbangannya.  Maka auksin yang terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984).
Hasil penelitian terhadap metabolisme auksin menunjukkan bahwa konsentrasi auksin di dalam tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA (Abidin, 1983) adalah :
a.       Sintesis auksin.
b.      Pemecahan auksin.
c.       Inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada peranannya dalam  hal  perubahan  warna  daun  yang  rontok  dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas  dari batang. Daerah yang terpisah  ini  disebut  lapisan absisi  yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah daun rontok, daerah absis imembentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen.
Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel  yang mulai  menghasilkan  etilen  akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi yang terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.
Proses pencernaan dinding, yang  disertai  dengan  tekanan  akibat pertumbuhan yang tidak imbang antara sel proksimal yang  membesar dan sel distal yang menua di zona absisi, mengakibatkan pematahan. Selama konsentrasi auksin yang lebih tinggi dipertahankan di helai daun, pengguguran dapat ditunda namun penuaan menyebabkan penurunan tingkat auksin pada organ tersebut dan konsentrasi etilen mulai meningkat. Etilen, zat pemacu pengguguran yang terkuat dan tersebar luas diberbagai organ tumbuhan dan pada banyak spesies tumbuhan menyebabkan pembesaran sel dan menginduksi sintesis serta sekresi hidrolase pengurai dinding sel. Ini akibat efeknya pada transkripsi, sebab jumlah molekul mRNA yang menjadikan hidrolase (paling tidak selulase) meningkatkan sekali setelah diberi perlakuan etilen.

 
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Rancangan Percobaan

B. Alat dan Bahan
1.      Tanaman colesus sp yang memiliki kondisi sama                 2 buah
2.      Lanolin                                                                              100 gram
3.      AIA 1 ppm                                                                        2 ml
4.      Pisau                                                                                  1 buah
5.      Label                                                                                 4 buah
C.   Variabel
Variabel control         : Jenis tumbuhan (Coleus sp.), media tanam, dan waktu    
                                     pemotongan
Variabel manipulasi   : letak pemotongan lamina (bagian atas dan bawah), bahan pengolesan bagian yang terpotong (lanolin dan AIA dalam lanolin)
Varibel respon           : waktu gugurnya daun.

D.  Langkah Kerja
Menyiapkan 2 buah pot colesus sp. Pot pertama dipotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah, Pot kedua dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas lamina yang paling bawah. Setelah itu mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedangkan yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin lalu memberi tanda agar tidak tertukar dan mengamati setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut.


BAB IV
DATA DAN ANALISIS

A.      Data
  Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh AIA terhadap Proses Absisi pada Daun
Jenis Pot
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pot A
AIA dalam Lanolin
-
-
-
-
-
-
-
-
Lanolin
-
-
-
-
-
-
Pot B
AIA dalam Lanolin
-
-
-
-
-
-
-
-
Lanolin
-
-
-
-
-
-
-
-


B.       Analisis Data
            Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas, tumbuhan pada pot A ketika tangkai paling bawahnya diolesi AIA dalam lanolin dalam lanolin, jumlah daun yang gugur lebih sedikit dari pada batang yan gdiberi lanolin, yaitu pada batang yang diolehsi AIA di hari ke 8 dan 10 daun gugur, Sedangkan, tumbuhan pada pot A diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada hari ke 4, 6, 8 dan 10. Untuk tumbuhan pada pot B, batang yang diolesi AIA dalam lanolin dan lanolin berada pada bagian lebih atas dari pada pengamtan pot A. Hasilnya daun yang gugur sama dengan pot A, yaitu batang yang diolesi lanolin saja lebih cepat rontok dari pada yang dicampur dengan AIA, namun jumlah daun yang rontok dan waktunya berbeda. Pada tangkai kedua dari bawahnya diolesi AIA dalam lanolin, daunnya gugur pada hari ke 9 dan 10. Sedangkan, tumbuhan pada pot B ketika tangkai kedua dari bawahnya diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada hari ke 8 dan 10.

BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Rancangan Percobaan
 


bAB V
PEMBAHASAN

Absisi adalah suatu proses yang terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ tanaman, seperti daun, bunga, buah atau batang. Pada percobaan kali ini absisi yangg diamati adalah absisi daun. Perlakuan yang dilakukan adalah dengan memotong bagian tangkai tanaman pada bagian atas dan bawah dan mengolesinya dengan lanolin dan AIA dalam lanolin. Berdasarkan percobaan yang dilakukan gugurnya daun paling cepat adalah paa tanaman yang batangnya bagian bawah yang dipotong diolesi lanolin, kemudian batang bagian bawah yang diolesi AIA dalam lanolin, lalu batang bagian bawah tanaman yang diolesi lanolin, dan yang paling lambat penguguran daunnya adalah batang bawah yng diolesi AIA dalam lanolin.
Terjadinya absisi daun dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor yangmempengaruhi absisi daun dari dalam adalah pengaruh konsentrasi hormon pada batang. Hormon yang bekerja sama dalam absisi daun adalah hormon auksin dan etilen. Batang yang diolesi AIA dalam lanolin mengalami pengguguran daun lebih lambat dari pada yang diolesi laolin saja karena AIA merupakan salah satu bentuk dari hormon auksin. Hormon auksisn bersifat menghambat pengguguran daun, hal ini dikarenakan hormon auksin bersifat mendorong pertumbuhan sel secara apikal. Sedangkab pada batang yang tidak diolesi AIA absisi terjadi lebih cepat, karena pada batang tersebut hanya terdapat etilen yang berfungsi mempercepat absisi daun, sehingga tidak ada yang mengahmat kerja etilen.
Pada tanaman yang batang bagian bawah lebih cepat mengalami  absisi daun disebabkan pada bagian batang atas dikarenakan dominasi tem,pat terbentuknya hormon auksin adalah pada bagian apikal. Jadi semakin tinggi letak bagian tanaman konsentrasi hormon auksin akan semakin banyak. Dengan semakin tingginya konsentrasi auksin makan akan semakin menghambat terjadinya absisi daun yang dilakukan oleh hormon etilen. Bagian batang yang diolesi dengan AIA dalam lanolin paling lambat gugur karena pada bagian batang yang notabene sudah memiliki kadungan auksin lebih banyak dari bagian bawah masih mendapat tambahan AIA dari luar, sehingga batang tersebut meiliki konsentrasi auksin paling banyak dari batang lain. Hal tersebut menyebabkan semakin lambat pula terjadinya absisi daun.

BAB VI
KESIMPULAN

Auksin mempengaruhi proses absisi. Jika kadar auksin yang diberikan pada tanaman banyak, maka akan menyebabkan penghambatan pembentukan daerah absisi karena sel alami pertumbuhan, sedangkan jika pemberian auksin sedikit maka pembentukan daerah absisi akan lebih cepat. Penambahan IAA berpengaruh terhadap proses absisi daun/pengguguran daun adalah menghambat proses pembentukan daerah absisi daun, sehingga proses pengguran daun lebih lama.

 
dAFTAR PUSTAKA

Setyo. “Absisi”. Tersedia: http://setyoadja.wordpress.com/2012/06/28/absisi-2/Aslam. 2012. Diakses pada 29 Mei 2014
Mentari, Dwi. “Laporan Fitsum Absisi Daun”. Tersedia: http://dwimentari40. blogspot.com / 2013/06/laporan-fistum-absisi-daun.html. Diakses pada 29 Mei 2014
Anonim. “Laporan Praktikum Fisiologis Tumbuhan”. Tersedia: http://elfajr24.blogspot.com/2012/08/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan_3871.html. Diakses pada 29 Mei 2014

 
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

  • Pernik

    Pernik
  • Unordered List

  • Contact us