LAPORAN
PRAKTIKUM STRUKTUR FUNGSI PERKEMBANGAN TUMBUHAN
ABSISI
DAUN
Oleh
Kelompok 7 :
1. Mufidah Nurul Hidayah (12030654058)2. Sabiili Yuliastuti (12030654205)3. Silvia Haryanti (12030654229)4. Glorya Rysty Ningtyas (12030654231)5. Dina Liswati (12030654232)6. Ismi Faridlatul Qary (12030654238)
Pendidikan
Sains 2012 B
PRODI
PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2014
ABSISI DAUN
ABSTRAK
Kami telah melakukan praktikum pengamatan
tentang absisi daun pada hari Selasa, 20 Mei 2014 di Laboratorium Pendidikan
Sains FMIPA UNESA. Tujuan dari praktikum pengamatan kami adalahmengetahui
pengaruh AIA (hormon auksin) terhadap proses absisi pada daun.Metode yang kami gunakan adalah menyiapkan 2
buah pot colesus sp. Pot pertama dipotong satu pasang lamina yang terletak
paling bawah, Pot kedua dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas
lamina yang paling bawah. Setelah itu mengolesi bekas potongan tersebut,
yang satu dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut. Berdasarkan data
pengamatan tumbuhan
pada pot A yang diolesi AIA dalam lanolin, daunnya gugur pada hari ke 8 dan 10.
Sedangkan, tumbuhan pada pot A yang diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada
hari ke 4, 6, 8 dan 10. Tumbuhan pada pot B yang diolesi AIA dalam lanolin, daunnya gugur pada
hari ke 9 dan 10. Sedangkan, yang diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada hari
ke 8 dan 10. Dari percobaan dapat disimpulakan penambahan IAA berpengaruh
terhadap proses absisi daun/pengguguran daun adalah menghambat proses pembentukan
daerah absisi daun, sehingga proses pengguran daun lebih lama.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berbagai bagian atau organ tumbuhan
dapat mengalami absisi (keguguran). Misalnya daun, cabang atau ranting, daun
mahkota bunga, bunga dan buah. Proses absisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dari dalam amupun ari luar. Faktor dari dalam adalah pengeruh hormon, yaitu
kerjasama antara hormon auksin dan hormon etilen. Hormon etilen ini memiliki
kecenderungan untuk mempercepat terjadinya pematangn sel sehingga mempercepat
terjadinya absisi daun. Sedangkan hormon auksin memilik kecenderungan
menghambat etilen dan juga dapat memicu paningkatan etilen. Pembentukan daerah
absisi itu di pengaruhi oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Auksin di
dalam suatu tanaman berpengaruh pada terbentunya daerah absisi tidak Kenyataannya
bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan dilakukannya
tindakan–tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga, dan buah.
Oleh karena itu
dilakukan percobaan pengamatan absisi daun berkaitan dengan pengaruh sistem
kerja auksin dalam tanaman dalam mengontrol absisi suatu tanaman.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil
suatu rumusan masalah yaitu : Bagaimana
pengaruh AIA (hormone auksin) terhadap proses absisi pada daun?
C.
TUJUAN
PERCOBAAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diambil
suatu tujuan yaitu
untuk mengetahui pengaruh AIA
(hormon auksin) terhadap proses absisi pada daun.
BAB
II
DASAR TEORI
Pengertian Absisi
Absisi adalah
suatu proses yang terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ
tanaman, seperti daun, bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka
dalam proses absisi ini factor alami seperti panas, dingin, kekeringan akan
berpengaruh terhadap absisi. Proses penurunan kondisi
yang menyertai pertambahan umur yang mengarah kepada kematian organ
atau organisme disebut penuaan (senensensi). Gugurnya daun dipacu juga oleh
faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu
yang rendah. Rangsangan dari factor lingkungan ini menyebabkan perubahan
keseimbangan antara etilen dan auksin.
Peranan Hormon dalam Absisi Daun
Mengenai
hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot Etall (1955)
mengemukakan bahwa absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal sama atau lebih dari
jumlah auksin yang terdapat didaerah distal. Tetapi apabila junlah
auksin berada di daerah distal lebih besar daridaerah proksimal maka tidak akan
terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terlambat. Teori lain
(Biggs dan Leopld 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi
ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang tinggi
akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi rendah
akan mempercepat terjadinya absisi. Teori terakhir ditentukan oleh Robinstein
dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun terhadap
auksin dapat dibagi ke dalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah
auksin terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi dan fase kedua
auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi
Hormon
auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal
biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan
akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian
pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan
terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral
(ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan
beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui
pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan
menunjang dominansi apikal, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke
atas. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti
pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan
dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini
bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Auksin
bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang tumbuh tetapi juga pada daerah
lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap reproduksi, misalnya serbuk
sari, buah, dan biji. Salah satu gejala
yang terkenal yang diperantarai, setidak-tidaknya sebagian oleh auksin ialah
dormansi ujung. Akar lateral seperti
halnya kuncup lateral juga dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini
dariluar sangat mendorong pembentukan akar lateral. Penggunaan praktis yang sangat penting gejala
ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada perbanyakan tanaman dengan
setek. Salah satu hasil utama
penyerbukan bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal buah. Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal
untuk mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa
biji (Loveless, 1991).
Pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan
tumbuhan (Heddy, 1989), yaitu:
a. Pemanjangan sel
IAA atau auksin lain merangsang
pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil dan
batang. Distribusi IAA yang tidak merata
dalam batang dan akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai
dengan pembengkokan organ. Sel-sel
meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh
IAA. Auksin pada umumnya menghambat
pemanjangan sel-sel jaringan akar.
b. Tunas ketiak
IAA yang dibentuk pada meristem
apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak
(lateral). Jika meristem apikal
dipotong, tunas lateral akan berkembang.
c. Absisi daun
Daun akan terpisah dari batang jika
sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik. Proses absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA
dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi.
d. Aktivitas cambium
Auksin merangsang pembelahan sel
dalam daerah kambium.
e. Tumbuh akar
Dalam akar, pengaruh IAA biasanya
mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah.
Di dalam jaringan yang tumbuh aktif terdapat dua macam
auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin terikat yang tak
dapat berdifusi. Dengan pelarut seperti
eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut. Auksin yang terikat merupakan pusat dari
kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam
keseimbangannya. Maka auksin yang
terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984).
Hasil penelitian terhadap metabolisme auksin menunjukkan
bahwa konsentrasi auksin di dalam tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi konsentrasi IAA (Abidin, 1983) adalah :
a. Sintesis auksin.
b. Pemecahan auksin.
c. Inaktifnya IAA sebagai akibat proses
pemecahan molekul.
Peranan
etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada peranannya
dalam hal perubahan warna daun yang rontok
dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai
daunnya terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini
disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang
tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis
dan lemah. Setelah daun rontok, daerah absis imembentuk parut/luka pada batang.
Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan
terhadap patogen.
Gugurnya
daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada
musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini
menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah
absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan
bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat.
Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen
akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang
lapisan absisi yang terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding
sel pada lapisan absisi.
Proses
pencernaan dinding, yang disertai dengan tekanan akibat
pertumbuhan yang tidak imbang antara sel proksimal yang membesar dan sel
distal yang menua di zona absisi, mengakibatkan pematahan. Selama konsentrasi auksin
yang lebih tinggi dipertahankan di helai daun, pengguguran dapat ditunda namun
penuaan menyebabkan penurunan tingkat auksin pada organ tersebut dan
konsentrasi etilen mulai meningkat. Etilen, zat pemacu pengguguran yang terkuat
dan tersebar luas diberbagai organ tumbuhan dan pada banyak spesies tumbuhan
menyebabkan pembesaran sel dan menginduksi sintesis serta sekresi hidrolase
pengurai dinding sel. Ini akibat efeknya pada transkripsi, sebab jumlah molekul
mRNA yang menjadikan hidrolase (paling tidak selulase) meningkatkan sekali
setelah diberi perlakuan etilen.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A. Rancangan Percobaan
B. Alat dan Bahan
1. Tanaman colesus sp yang
memiliki kondisi sama 2 buah
2. Lanolin 100 gram
3. AIA
1 ppm 2 ml
4. Pisau
1
buah
5. Label 4
buah
C. Variabel
Variabel
control :
Jenis tumbuhan (Coleus sp.),
media tanam, dan waktu
pemotongan
Variabel
manipulasi : letak pemotongan lamina (bagian atas dan bawah), bahan
pengolesan bagian yang terpotong (lanolin dan AIA dalam lanolin)
Varibel
respon : waktu gugurnya daun.
D. Langkah Kerja
Menyiapkan 2 buah pot colesus sp. Pot pertama dipotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah, Pot kedua dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas lamina yang paling bawah. Setelah itu mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedangkan yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin lalu memberi tanda agar tidak tertukar dan mengamati setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut.
BAB IV
DATA
DAN ANALISIS
A.
Data
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh AIA
terhadap Proses Absisi pada Daun
Jenis Pot
|
Hari ke-
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
Pot A
|
AIA dalam Lanolin
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
√
|
Lanolin
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
√
|
-
|
√
|
-
|
√
|
|
Pot B
|
AIA dalam Lanolin
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
Lanolin
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
-
|
√
|
B.
Analisis
Data
Berdasarkan
tabel hasil pengamatan di atas, tumbuhan pada pot A ketika tangkai paling
bawahnya diolesi AIA dalam lanolin dalam lanolin, jumlah daun yang gugur lebih
sedikit dari pada batang yan gdiberi lanolin, yaitu pada batang yang diolehsi
AIA di hari ke 8 dan 10 daun gugur, Sedangkan, tumbuhan pada pot A diolesi
lanolin saja, daunnya gugur pada hari ke 4, 6, 8 dan 10. Untuk tumbuhan pada
pot B, batang yang diolesi AIA dalam lanolin dan lanolin berada pada bagian
lebih atas dari pada pengamtan pot A. Hasilnya daun yang gugur sama dengan pot
A, yaitu batang yang diolesi lanolin saja lebih cepat rontok dari pada yang
dicampur dengan AIA, namun jumlah daun yang rontok dan waktunya berbeda. Pada
tangkai kedua dari bawahnya diolesi AIA dalam lanolin, daunnya gugur pada hari
ke 9 dan 10. Sedangkan, tumbuhan pada pot B ketika tangkai kedua dari bawahnya
diolesi lanolin saja, daunnya gugur pada hari ke 8 dan 10.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A. Rancangan Percobaan
bAB V
PEMBAHASAN
Absisi adalah
suatu proses yang terjadi secara alami yaitu pemisahan bagian atau organ
tanaman, seperti daun, bunga, buah atau batang. Pada percobaan kali ini absisi yangg diamati adalah absisi daun. Perlakuan
yang dilakukan adalah dengan memotong bagian tangkai tanaman pada bagian atas
dan bawah dan mengolesinya dengan lanolin dan AIA dalam lanolin. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan gugurnya daun paling cepat adalah paa tanaman yang
batangnya bagian bawah yang dipotong diolesi lanolin, kemudian batang bagian
bawah yang diolesi AIA dalam lanolin, lalu batang bagian bawah tanaman yang
diolesi lanolin, dan yang paling lambat penguguran daunnya adalah batang bawah
yng diolesi AIA dalam lanolin.
Terjadinya
absisi daun dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Faktor yangmempengaruhi absisi daun dari dalam adalah pengaruh
konsentrasi hormon pada batang. Hormon yang bekerja sama dalam absisi daun
adalah hormon auksin dan etilen. Batang yang diolesi AIA dalam lanolin
mengalami pengguguran daun lebih lambat dari pada yang diolesi laolin saja
karena AIA merupakan salah satu bentuk dari hormon auksin. Hormon auksisn bersifat
menghambat pengguguran daun, hal ini dikarenakan hormon auksin bersifat
mendorong pertumbuhan sel secara apikal. Sedangkab pada batang yang tidak
diolesi AIA absisi terjadi lebih cepat, karena pada batang tersebut hanya
terdapat etilen yang berfungsi mempercepat absisi daun, sehingga tidak ada yang
mengahmat kerja etilen.
Pada
tanaman yang batang bagian bawah lebih cepat mengalami absisi daun disebabkan pada bagian batang
atas dikarenakan dominasi tem,pat terbentuknya hormon auksin adalah pada bagian
apikal. Jadi semakin tinggi letak bagian tanaman konsentrasi hormon auksin akan
semakin banyak. Dengan semakin tingginya konsentrasi auksin makan akan semakin
menghambat terjadinya absisi daun yang dilakukan oleh hormon etilen. Bagian
batang yang diolesi dengan AIA dalam lanolin paling lambat gugur karena pada
bagian batang yang notabene sudah memiliki kadungan auksin lebih banyak dari
bagian bawah masih mendapat tambahan AIA dari luar, sehingga batang tersebut
meiliki konsentrasi auksin paling banyak dari batang lain. Hal tersebut
menyebabkan semakin lambat pula terjadinya absisi daun.
BAB VI
KESIMPULAN
Auksin mempengaruhi proses absisi. Jika kadar auksin yang
diberikan pada tanaman banyak, maka akan menyebabkan penghambatan pembentukan
daerah absisi karena sel alami pertumbuhan, sedangkan jika pemberian auksin
sedikit maka pembentukan daerah absisi akan lebih cepat. Penambahan IAA
berpengaruh terhadap proses absisi daun/pengguguran daun adalah menghambat
proses pembentukan daerah absisi daun, sehingga proses pengguran daun lebih
lama.
dAFTAR PUSTAKA
Setyo. “Absisi”.
Tersedia: http://setyoadja.wordpress.com/2012/06/28/absisi-2/Aslam.
2012. Diakses pada 29 Mei 2014
Mentari, Dwi. “Laporan
Fitsum Absisi Daun”. Tersedia: http://dwimentari40. blogspot.com
/ 2013/06/laporan-fistum-absisi-daun.html. Diakses pada 29 Mei 2014
Anonim. “Laporan
Praktikum Fisiologis Tumbuhan”. Tersedia: http://elfajr24.blogspot.com/2012/08/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan_3871.html.
Diakses pada 29 Mei 2014
Categories:
0 komentar:
Posting Komentar